majalahpotretindonesia.com – Pada Senin kemarin, Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terletak di Flores, Nusa Tenggara Timur kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya dengan erupsi dua kali dalam rentang waktu enam jam. Fenomena ini menjadi perhatian serius bagi warga sekitar dan para pihak berwenang yang terus memantau kondisi gunung api aktif tersebut.
Erupsi pertama tercatat terjadi pada pukul 10.15 WITA dan disusul oleh erupsi kedua pada pukul 16.00 WITA. Kedua erupsi tersebut memuntahkan abu vulkanik dan material panas ke udara, yang mengakibatkan penurunan kualitas udara dan potensi bahaya bagi pemukiman sekitar. Berbagai instansi terkait pun langsung mengeluarkan himbauan waspada kepada masyarakat.
Kondisi ini menegaskan betapa pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi aktivitas gunung berapi, apalagi bagi warga yang tinggal di zona merah atau area rawan bahaya erupsi.
Detail Aktivitas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada Senin
Erupsi pertama Gunung Lewotobi Laki-Laki terjadi pada pukul 10.15 WITA dan berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Material yang keluar berupa abu vulkanik tebal yang menyebar ke arah barat laut dengan ketinggian kolom abu mencapai sekitar 1.500 meter di atas puncak gunung. Selain abu, terdengar suara gemuruh yang cukup keras dari kawah utama.
Setelah jeda beberapa jam, tepat pukul 16.00 WITA gunung ini kembali meletus dengan intensitas yang sedikit lebih besar. Kali ini kolom abu mencapai ketinggian sekitar 2.000 meter dan material piroklastik mengalir ke beberapa lereng gunung. Sementara itu, asap panas juga terlihat membumbung tinggi, yang berpotensi menimbulkan bahaya lahar dingin jika terjadi hujan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) langsung meningkatkan status pengamatan dan mengimbau warga agar tidak mendekati radius 3 km dari kawah gunung. Tim pemantau juga dikerahkan untuk terus merekam perkembangan dan mengambil langkah antisipasi.
Dampak Erupsi dan Respons Warga Serta Pemerintah Daerah
Erupsi yang terjadi menyebabkan beberapa wilayah di sekitar gunung terdampak abu vulkanik yang menebal. Warga di desa-desa sekitar dilaporkan mulai menggunakan masker dan menutup sumber air agar tidak tercemar abu. Beberapa aktivitas harian juga sempat terganggu, terutama kegiatan pertanian dan transportasi yang melintasi jalur dekat gunung.
Pemerintah daerah langsung menggelar rapat koordinasi darurat dan menyiapkan posko kesehatan serta evakuasi darurat. Selain itu, pemerintah setempat juga aktif menyebarkan informasi melalui media sosial dan pengeras suara untuk menjaga warga tetap tenang namun waspada. Penutupan sementara jalur wisata menuju kawasan gunung juga diberlakukan demi keamanan.
Para ahli vulkanologi menilai, erupsi yang terjadi merupakan bagian dari siklus aktivitas gunung yang dinamis, namun tetap memerlukan perhatian serius. Perlu diingat, status gunung Lewotobi masih pada level waspada, sehingga potensi erupsi susulan tidak bisa diabaikan.
Kesiapsiagaan dan Rekomendasi untuk Warga Sekitar Gunung Lewotobi
Menghadapi situasi seperti ini, warga di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki sangat disarankan untuk terus mengikuti perkembangan informasi dari sumber resmi seperti PVMBG dan pemerintah daerah. Memiliki alat pelindung diri seperti masker dan kacamata adalah hal penting untuk melindungi diri dari abu vulkanik yang dapat mengganggu saluran pernapasan dan mata.
Selain itu, jangan ragu untuk mengevakuasi diri apabila mendapat instruksi dari petugas atau jika situasi mulai memburuk. Simpan perbekalan dan dokumen penting dalam satu tempat yang mudah dijangkau. Hindari melakukan aktivitas di area rawan bahaya dan jangan mencoba mendekat ke kawah gunung.
Kesiapsiagaan yang baik bisa mengurangi risiko korban dan kerugian akibat bencana erupsi gunung api. Komunikasi yang baik antarwarga dan petugas juga menjadi kunci dalam menghadapi masa-masa kritis ini.
Gunung Lewotobi Laki-Laki telah erupsi dua kali dalam waktu singkat pada Senin, mengingatkan pentingnya kewaspadaan bagi warga sekitar dan instansi terkait. Aktivitas vulkanik ini masih terus dipantau ketat demi mencegah risiko yang lebih besar.